Monday, April 23, 2007

Demi Tuhan dan Masa Depan Negara Bersatulah Pelacur-pelacur Lembah Kelang

Seperti yang tuan/puan ketahui, antara hobi saya ialah membaca puisi. Jika sebelum ini saya memaparkan satu karya Robert Frost, bersesuaian dengan musim ini (agaknya), izin saya paparkan satu sajak hasil W. S. Rendra [1], antara penyajak dunia yang saya kagumi.

Tekaan saya, tajuk posting kali ini, dan sekaligus sajak berikut ini mungkin tidak cocok dengan selera ramai pembaca. Tetapi percayalah, sajak ini pernah di suatu ketika dulu berjaya memberi satu kefahaman kepada saya, apa itu yang berlegar dalam kepala Hassan Al Banna [2], [3] ketika beliau mendekati pelacur-pelacur Kahirah untuk berdakwah. Dan ke satu tahap, membuat saya mengerti apa itu tuntutan dan maksud … a sense of mission.

Tukar perkataan "revolusi" dalam sajak kepada "pembangunan" dan tuan/puan akan nampak jelas apa yang saya maksudkan.

Kepada adik-adik saya GRO-GRO Kuala Lumpur, Petaling Jaya dan Kelang, apa kata untuk pusingan ini saudari-saudari sepakat untuk uzur syarie. Cutilah sehari dua untuk ziarahi orang tua, adik-adik dan kampung halaman.

Boikot gerombolan jantan-jantan UMNO dari seluruh negara yang datang berkempen di Ijok.

BERSATULAH PELACUR-PELACUR KOTA JAKARTA

Pelacur-pelacur kota Jakarta
dan kelas tinggi dan kelas rendah
telah diganyang
telah dihm-biru
mereka kecut keder
terhina dan tersipu-sipu.

Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan.
Tapi jangan kau klewat putus asa.
Dan kau relakan dirimu dibikin korban

Wahai, pelacur-pelacur kota Jakarta.
Sekarang bangkitlah.
Sanggul kembali rambutmu.
Kerna setelah menyesal
datanglah kini giliranmu
bukan untuk membela diri melulu
tapi untuk lancarkan serangan.

Kema:
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
tapi jangan kau rela dibikin korban.

Sarinah.
Katakan kepada mereka
bagaimana kau dipanggil ke kantor mentri
bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
tentang perjuangan nusa bangsa
dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
ia sebut kau inspirasi revolusi
sambil ia buka kutangmu.

Dan kau, Dasima.
Kabarkan kepada rakyat
bagaimana para pemimpin revolusi
secara bergiliran memelukmu
bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
sambil celanya basah
dan tubuhnya lernes
terkapai disampingmu
ototnya keburu tak berdaya.

Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi.
Kongres-kongres dan koperensi
tak pernah berjalan tanpa kalian.
Kalian tak pernah bisa bilang … “tidak”
lantaran kelaparan yang menakutkan
kemiskinan yang mengekang
dan sudah lama sia-sia cari kerja.
Ijazah sekolah tanpa guna.

Para kepala jawatan
akan membuka kesempatan
kalau kau membuka paha.
Sedang di luar pemerintahan
perusahaan-perusahaan macet
lapangan kerja tak ada.

Revolusi para pemimpin
adalah revolusi dewa-dewa.
Mereka berjuang untuk surga
dan tidak untuk bumi.
Revolusi dewa-dewa
tak pernah menghasilkan
lebih banyak lapangan kerja
bagi rakyatnya.
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur
yang mereka ciptakan.

Nmun
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
tapi jangan kau klewat putus asa
dan kau rela dibikin korban.

Pelacur-pelacur kota Jakarta.
Berhentilah tersipu-sipu.
Ketika kubaca di koran
bagaimana badut-badut menggayang kalian
menuduh kalian sumber bencana negara
aku jadi murka.


-- W.S. Rendra [4]

.

2 comments:

Anonymous said...

wah...bagus sekali sajaknya!

Anonymous said...

''Wah malam ini aku butuh ngobrol dengan perempuan, tetapi tak ada pula. Kalau ada babi, babi pun jadilah.''

''binatang jalang''
wafat 28 April 1949,
dikatakan mati kerana siphilis.